Gubernur Ridwan Kamil saling adu argumen dengan netizen soal Masjid Al Jabbar hingga viral di media sosial. Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Oleh Soleh meminta Ridwan Kamil tidak terbawa perasaan atau baper atas kritik yang dilontarkan tersebut.
Saat dihubungi detikJabar, politisi PKB ini mengatakan Ridwan Kamil tidak harus membesar-besarkan kritik netizen hingga dibawa ke media sosial pribadinya. Menurut Oleh, hal itu justru akan menimbulkan opini yang bakal ditafsirkan berbeda bagi orang lain.
“Menurut saya Pak Gubernur jangan terlalu baper menanggapi hal seperti itu. Saya sih tidak menyalahkan siapapun ya, tetapi kalau media sosial selalu dibuat seolah-olah serius menanggapi hal kayak gitu, rasa-rasanya malah membuat opini lain,” katanya kepada detikJabar, Rabu (4/1/2023).
Oleh menuturkan, Ridwan Kamil seharusnya fokus memberikan pemahaman kepada warga Jawa Barat supaya bisa menjaga keberadaan Masjid Al Jabbar. Ia juga turut melontarkan kritik supaya Masjid Al Jabbar tak hanya jadi spot berswafoto di media sosial, tapi sesuai fungsinya menjadi tempat ibadah untuk umat Islam.
“Ada seperti itu terus ditanggapi rasa-rasanya kurang pas, lebih baik ke hal lain bagaimana cara merawat masjid bagaimana masyarakat merasa memiliki kemudian menjaga dan merawat fungsi masjid. Lebih baik mengajak warga untuk memperbanyak ritual ibadah di Masjid Al Jabbar, bukan malah memperbanyak ritual selfie,” tuturnya.
Senada Ketua Fraksi PKS DPRD Jawa Barat Haru Suandharu juga turut menyorot adu argumen Ridwan Kamil dengan netizen soal Masjid Al Jabbar yang viral di media sosial. Sebagai partai yang pernah ikut mengawal pembangunan masjid senilai Rp 1,2 triliun itu sejak pertama digagas oleh Ahmad Heryawan atau Aher, PKS menyarankan RK untuk santai menanggapi hal apapun yang dilontarkan warganet mengenai Masjid Al Jabbar.
Haru awalnya mengatakan bahwa Al Jabbar merupakan masjid kebanggaan warga Jawa Barat. Jika ada kendala, masukan hingga komentar mengenai keberadaannya, ia menyebut seharusnya hal itu bisa diselesaikan sebagai input untuk perkembangan Masjid Al Jabbar.
“Masjid Al Jabbar itu kan masjid kebanggaan seluruh warga Jawa Barat. Sejak zaman Kang Aher sampai sekarang Kang Ridwan Kamil, kalau ada kendala ya mari diselesaikan. Kalau ada masukan, ya didengerin aja. Dan kemudian apa yang bisa kita lakukan ke depan untuk memperbaiki dan meningkatkan fungsinya, gitu aja,” katanya.
Menurut Haru, segala komentar apapun tentang Masjid Al Jabbar semestinya tidak ditanggapi berlebihan oleh RK. Kata dia, cukupi komentar itu cukup dihadapi dengan santai sembari melihat apa saja kekurangan yang bisa diperbaiki untuk peningkatan Masjid Al Jabbar.
“Ya pokoknya mah kalem weh, gitu. Kalem aja. Kalau ada komentar, masukan, ya kita tampung aja. Nanti dilihat apa yang bisa kita kerjakan ke depan untuk meningkatkan fungsinya, membuatnya jadi lebih baik lagi, lebih bermanfaat lagi,” pungkasnya.
Masjid Al Jabbar terus menyita perhatian. Setelah diresmikan pada 30 Desember 2022, banyak netizen yang kagum dengan kemegahannya, namun tak sedikit yang melontarkan kritik atas proyek pembangunan yang memakan dana sekitar Rp 1,2 triliun itu.
Setelah sebelumnya dihebohkan dengan banyaknya tumpukan sampah dan ulah pengunjung yang berenang di kolam Masjid Al Jabbar usai diresmikan, kini muncul kritik dari salah satu netizen di Twitter soal masjid tersebut. Kritik itu dilontarkan akun @outst**** beberapa waktu lalu.
DetikJabar telah mengkonfirmasi pemilik akun @outst**** mengenai cuitannya di Twitter. Dia telah mengizinkan wartawan untuk mempublikasikan cuitannya yang berisi kritikan kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tentang pembangunan Masjid Al Jabbar.
Singkatnya, dari sekian cuitan akun itu, ada salah satu cuitan yang direspons langsung oleh Ridwan Kamil. Dalam unggahan akun @outst****, ia mengkritik karena pembangunan Masjid Al Jabbar ternyata menggunakan APBD. Ia menganggap ada kebutuhan yang lebih mendesak seperti transportasi massal daripada pembangunan Masjid Al Jabbar.
“Bikin mesjid itu perbuatan mulia, dengan berwakaf jd amal jariyah. Tapi kalau mesjid pakai dana APBD? Pembayar pajak itu berbagai kalangan. Akad bayar pajak BUKAN akad wakaf. Kalau di agama Islam, tdk sembarang dana bisa dipakai utk Mesjid!,” tulis @outst**** sebagaimana dilihat detikJabar, Rabu (4/1/2023).
Cuitan ini yang kemudian dikomentari langsung oleh Ridwan Kamil. Namun, RK membalas cuitan tersebut di akun Instagram pribadinya @ridwankamil sambil mengunggah tangkapan layar cuitan dari akun @outst****.
“Penggunaan dana negara itu adalah kesepakatan bersama, dibahas dengan musyawarah bersama rakyat dalam forum Musrenbang. Itulah kenapa, kita memilih demokrasi. Dimana rakyat bisa menitipkan aspirasi melalui pemda atau sistem perwakilan yaitu DPR/D,” tulis RK.
RK mengatakan jika penggunaan APBD maupun APBD tak hanya bisa digunakan untuk pembangunan masjid semata. Beberapa tempat peribadahan lain di Indonesia seperti gereja hingga pura bisa menggunakan anggaran negara. Salah satunya ia mencontohkan pembangunan Masjid Raya Istiqlal yang dibangun melalui APBN pada 1961 dengan dana Rp 7 miliar.
“Masjid, Gereja, Pura semua BISA dibiayai negara selama itu disepakati eksekutif dan legislatif. Masjid Istiqlal dibiayai 7 Milyar rupiah di tahun 1961 melalui APBN. Di wilayah mayoritas kristiani APBD dialokasikan untuk gereja. Di wilayah Bali, APBD/N dipakai untuk membangun kawasan ibadah Pura,” ungkapnya.
“Jika akang senang isu transportasi publik dan tidak suka masjid, silakan saja. “Niat saya bayar pajak, bukan wakaf!”. Betul. Kewajiban anda adalah membayar pajak, namun hukum positif mengatakan, penggunaannya adalah wilayah kewenangan penyelenggara negara,” tambahnya.
RK turut menjelaskan proses perjalanan pembangunan Masjid Al Jabbar hingga diresmikan 30 Desember 2022 kemarin. Kata dia, pembangunan Masjid Al Jabbar merupakan titipan aspirasi dari masyarakat Jawa barat yang menginginkan adanya masjid raya provinsi sejak 7 tahun lalu.
“Flashback. Jutaan warga Jawa Barat melalui berbagai ormas Islam menitipkan aspirasi rakyat Jawa Barat agar dibangun Masjid Raya Provinsi sejak 7 tahun yang lalu. Karena selama ini Masjid Raya Provinsi mengkudeta masjid Agung Kota Bandung,” ungkapnya.
“Dan itulah yang kami lakukan: memenuhi dan membangun aspirasi rakyat. Demikian penjelasan saya, sekaligus edukasi untuk semua yang mau jernih berpikir dan belajar. Hatur Nuhun.”
sumber : detik.com
Leave a comment