Peran guru ngaji dalam mendidik generasi bangsa menjadi penting untuk menyongsong era baru, dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang beragama.
Kendati demikian, kesejahteraan para tenaga pendidik ini sering terabaikan. Padahal selama ini mereka mempunyai tugas dan tanggung jawab yang penting dalam proses pendidikan moral.
Anggota DPRD Jabar, Siti Muntamah Oded, mengatakan, bila pemerintah kota memberikan perhatian secara regulasi, dalam bentuk anggaran itu sangat wajar.
“Pada periode almarhum Mang Oded memperjuangkan hibah dari Kemenag untuk guru ngaji dari angka Rp 6 miliar menjadi Rp 13 miliar, kemudian naik menjadi Rp 65 miliar,” ujar Ummi Siti, panggilan akrabnya saat ditemui di Jalan Soekarno-Hatta, Jumat (13/9/2024).
Dengan begitu, kata Ummi Siti, harapannya Kota Bandung jadi kota yang beradab.
“Mulai dari pendidikan secara formal dan non formal. Karena jumlah mereka (guru ngaji) banyak sekali dan mereka itu luar biasa, satu orang itu harus mengajar 80 anak,” ujarnya.
Dia menuturkan, jumlah pengajar tak seimbang dengan anak-anak di Kota Bandung.
“Jumlah anak-anak dua setengah juta dan guru ngaji cuma 4000. Untuk itu perhatian kepada mereka itu menjadi sebuah kewajiban dan tentu saja PKS bertanggung jawab dalam hal ini.”ucap Ummi Siti.
Hematnya, peran guru ngaji sangat vital membangun karakter dan membantu anak-anak di tengah keterbukaan informasi yang menggerus mental.
“Bukan hanya menjaga, tapi pemerintah harus memfasilitasi mereka, karena kapasitas upgrading yang diperlukan untuk guru-guru ngaji pun harus selaras dengan kebutuhan anak-anak saat ini.” bebernya.
Di tempat yang sama, Bakal Calon Wali Kota Bandung, Haru Suandharu, menyebut diskusinya bersama Persatuan Guru Ngaji (PGN) Kota Bandung meminta kepada pemimpin di Bandung kelak bisa melanjutkan program walikota terdahulu.
“Waktu almarhum Mang Oded itu bisa dilanjutkan, misalnya insentif untuk guru ngaji, pembebasan buta huruf Alquran, kemudian salat berjamaah tepat waktu, dan pembinaan untuk para guru ngaji,” kata Kang Haru.
Hematnya, saat ini akhlak para penerus bangsa dalam situasi gawat. Pasalnya fenomena menyimpang menjadi tantangan nyata yang dirasakan para orang tua.
“Kita semua sebagai orang tua tentu khawatir anak-anak ke depannya bagaimana. Justru di satu sisi sangat bergantung kepada guru-guru ngaji, baik itu di sekolah, madrasah maupun masjid.”jelasnya
“Demikian juga dengan tempat ibadah semua umat beragama. Saya kira semua agama ingin generasi muda kita sehat, berakhlak, beriman kepada Tuhan-Nya,” imbuh Haru.
Haru menilai, tantangan orang tua semakin berat dalam mendidik anak-anak di era pesatnya teknologi digital. Sehingga penumbuhan karakter beragama harus terus digencarkan, agar menjadikan anak-anak terdidik secara moral dan agama.
“Ini bukan permintaan, ini kewajiban semua umat beragama. Maka dari itu, misi yang kita bawa mewujudkan SDM agamis, berkarakter agar bisa sejahtera dan berkelanjutan,” ujarnya.
Kendati demikian, hal tersebut tak bisa dikerjakan oleh satu pihak, yakni pemerintah saja. Pihaknya mendorong keterlibatan Pentahelix untuk sama-sama membawa peradaban yang lebih baik.
“Pendekatan itu harus Pentahelix, dan saya sering katakan wajah Bandung itu lukisan bersama. Lima sektor kehidupan ini mempunyai panggung masing-masing,” tutupnya.
sumber : rri.co.id
Leave a comment