Calon Wali Kota Bandung, Haru Suandharu mendorong untuk mengedepankan dialog dalam mengatasi polemik seputar keberagaman. Ia ingin membangun Kota Bandung yang warganya mengutamakan kerukunan.
Hal itu diungkapkan selepas dialog interaktif bersama pasangan calon (Paslon) Pilwalkot Bandung lain di acara yang digelar sejumlah organisasi keagamaan non muslim, Sabtu (5/10/2024).
Dalam dialog bertajuk Kepemimpinan yang Berhikmat untuk Bandung yang Bermartabat yang di inisiasi Paguyuban Wirausaha Katolik (Pawika) itu muncul pertanyaan seputar masalah perizinan pembangunan rumah ibadah di Kota Bandung. Termasuk eksistensi guru agama non muslim di sejumlah sekolah negeri.
Haru berpendapat, dalam pembangunan rumah ibadah itu memang sudah ada sejumlah regulasi yang memayungi. Tapi memang dalam praktinya banyak dinamika di lapangan.
Karena itu tetap dibutuhkan dialog yang komperhensif. Pemimpin juga harus mampu hadir untuk menjembatani dialog itu.
“Dengan dialog dibangun pemahaman bersama,” tuturnya.
Cawalkot nomor urut 2 itu menegaskan, hak setiap warga negara harus dipenuhi. Termasuk dalam hal ini soal kehadiran rumah ibadah.
Termasuk dalam hal ini kebutuhan terkait pengajar maupun pelajaran agama di sekolah. Di sekolah yang mayoritas muslim tetap perlu ada pelajaran agama non muslim bagi siswa non muslim. Begitu juga di sekolah non musilm, siswa yang muslim juga berhak mendapat pelajaran agamannya.
“Semua berhak dapat pelajaran agama sesuai agamanya,” cetusnya.
Bagi Haru, kerukunan tetap harus dikedepankan dalam pembangunan kota. Di pilwalkot ini, Haru mengusung visi Bandung Kota Kreatif Dunia yang Maju, Agamis, Sejahtera dan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas 2045.
Kota Bandung yang ingin dihadirkan juga tentu mengedepankan kerukunan. “Mari bangun Kota Bandung ini dengan saling memahami dan saling mengerti,” tutupnya.
Sumber : rri.co.id
Leave a comment