Setumpuk persoalan masih menghantui Kota Bandung yang kini genap berusia 214 tahun. Salah satu persoalan mendasar di Kota Bandung yang belum mampu dituntaskan adalah masalah sampah.
Hingga saat ini, sampah masih banyak terlihat dan mudah ditemukan di setiap sudat Kota Bandung. Mulai dari pemukikan warga, di jalan-jalan, hingga gorong-gorong yang tentu menyumbat saluran air dan dapat menimbulkan persoalan lainnya, yakni banjir.
Kondisi tersebut pun menjadi keprihatinan tersendiri bagi calon Wali Kota Bandung, Haru Suandharu. Ia menyayangkan karena sampah adalah persoalan klasik di Kota Bandung yang telah terjadi sejak bertahun-tahun lalu.
Namun, sosok yang dikenal memiliki konsen terhadap persoalan lingkungan tersebut mengaku mendapatkan inspirasi sebagai solusi untuk persoalan sampah di Kota Bandung. Inspirasi tersebut didapat saat mengunjungi RW 19, Kelurahan Antapani Tengah, Kota Bandung, Rabu (25/9).
“Saya cukup sedih dengan kondisi Kota Bandung, tapi saya kira salah satu obatnya ada di RW 19 ini. Wilayah ini sudah masuk sebagai kawasan bebas sampah, dan ini bisa menjadi inspirasi bagi wilayah lain,” ujar Haru.
Di wilayah RW 19, Haru mengungkap, salah satu upaya warga untuk penyelesaian persoalan sampah adalah mengimplementasikan program Buruan SAE. Program yang digagas mantan Wali Kota Bandung, Oded M Danial tersebut, terbukti efektif dalam mengelola sampah di tingkat bawah.
“Dalam teori biologi, ketika kita ingin menemukan anti, misalnya antibakteri, antibiotik, itu adanya di jamur. Kita perhatikan fenomena jamur dan bakteri berhadapan. Ini juga sama, masyarakat berhadapan dengan sampah, dan ternyata solusinya adalah Buruan SAE dengan mengelola sampah di level RW, sehingga menjadi kawasan bebas sampah,” ungkap Haru.
Atas dasar itu, Haru menekankan pentingnya pengalokasikan anggaran untuk penyediaan fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) di setiap RW, terutama di kawasan padat. Menurutnya, lahan tidak terpakai bisa diubah menjadi tempat pengelolaan sampah dan ruang terbuka untuk masyarakat.
“Artinya pemerintah harus mengalokasikan untuk fasos dan fasum pengelolaan sampah, seperti Buruan SAE, karena sampah bisa selesai kalau kita selesaikan di level terkecil,” beber Haru.
Haru yang juga Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jabar meyakini, semangat gotong royong yang kuat dalam masyarakat Indonesia bisa menjadi kunci untuk menyelesaikan permasalahan sampah. Pengelolaan sampah berbasis komunitas mampu menjadi solusi yang efektif.
“Mungkin kalau masing-masing agak berat mengelolanya, tapi kalau secara komunitas, karena orang Indonesia itu suka guyub, saya kira itu akan jadi solusi, bagaimana kita menyelesaikan sampah menuju Kota Bandung bebas sampah,” pungkas Haru Suandharu.
Sumber : rmoljabar.id
Leave a comment