Jejak Kang Haru

Kang Haru Suandharu di Mata Keluarga

Kang Haru lahir pada 29 Juni 1975 di Cibalong, Tasikmalaya ketika bapaknya sedang bertugas di Tuban. Meskipun tanpa kehadiran sang Bapak, Kang Haru tumbuh  menjadi anak yang ceria dan aktif serta mendapatkan kasih sayang penuh dari sang Ibu.

Di usia 8 bulan, momen kecil yang selalu diingat sang Ibu adalah kegemaran Kang Haru berceloteh hingga larut malam, sehingga sang Ibu harus menggendongnya sambil melihat cicak di dinding untuk menenangkannya.

Sejak kecil Kang Haru sudah dikenal ramah, setiap pagi ia diajak oleh kakeknya berkeliling kampung, sehingga saat pulang seringkali mendapatkan banyak cemilan dari tetangga dan ia selalu mengingat siapa yang memberikannya. Kang Haru pertama kali bertemu ayahnya saat berusia dua tahun, pertemuan pertama tersebut membuat dirinya sempat takut dan memanggilnya “Om”.

Kenangan masa kecil Kang Haru diwarnai oleh momen-momen lucu, satu momen lucu yang tak pernah dilupakan sang Ibu ketika ia enggan untuk buang air besar di kamar mandi hotel karena dianggap terlalu bersih hingga akhirnya memilih toilet di Kebun Binatang.

Saat TK, Kang Haru merupakan pribadi yang pemberani, ia berani tampil diatas panggung dihadapan banyak orang saat pertunjukan sekolah dengan membacakan puisi yang berjudul “Rotiku”. Kegemarannya terhadap membaca mulai muncul ketika masih di bangku SD, mulai dari buku pewayangan seperti Bharata Yudha, Mahabarata hingga Empat Sekawan yang dibelikan oleh bapaknya atau sekedar meminjam dari perpustakaan dekat rumah.

Selama masa sekolah, Kang Haru tumbuh menjadi murid yang aktif dan berprestasi. Kegiatan berorganisasi pertamanya dimulai sejak SD saat Kang Haru aktif dalam kegiatan Pramuka. Minatnya terhadap organisasi terus berkembang hingga SMP dan SMA, ia mulai mengikuti berbagai kegiatan, yaitu OSIS, Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan lainnya.

BACA JUGA  Pilgub Jabar Diprediksi Bakal Diramaikan Tiga Paslon

Selain aktif dalam organisasi, Kang Haru juga menjadi murid yang berprestasi, ia menjadi juara dalam beberapa lomba debat antar sekolah serta menjadi perwakilan sekolah dalam perlombaan Porseni Jabar. Menurut ibunya, meskipun sibuk dalam berbagai kegiatan sekolah, Kang Haru tetap membantu mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, menyapu, mengepel, masak, membersihkan kandang burung peliharaan bapaknya, hingga mengasuh adik-adiknya.

Bagi adik perempuannya, Kang Haru merupakan kakak yang penyayang. Salah satu momen yang diingat oleh adik perempuannya saat Kang Haru sengaja membawakan mainan kertas dari sekolahnya, sebuah hadiah kecil yang membekas dalam ingatan dan meninggalkan kesan mendalam bagi sang Adik. Saat SD, mereka bersekolah di tempat yang sama, setiap pulang sekolah adiknya sering menunggu Kang Haru untuk pulang bersama.

Sang Adik melihat bahwa kakaknya merupakan sosok yang ramah dan dekat dengan teman-temannya. Pada suatu momen pulang sekolah dengan adiknya, mereka hampir terlibat perkelahian dengan seorang anak di jalan. Kang Haru memilih untuk tidak melawan meskipun sepeda yang mereka naiki hampir jatuh ke dalam selokan.

Dalam situasi tersebut, Kang Haru merupakan sosok yang bijaksana dengan menghindari perkelahian, bersikap tenang, menjaga kedamaian dan berusaha menenangkan adik serta ibunya.

Kedekatan antara Kang Haru dan adiknya terbangun dan terlihat jelas saat adik perempuannya memutuskan untuk mengikuti jejak Kang Haru bersekolah di SMA 8 Bandung, Kang Haru dengan sabar menemani survei sekolah. Ketika Kang Haru beranjak dewasa, kedekatan dengan sang Adik tidak pernah berkurang. Komunikasi yang terjalin dengan adiknya tetap terjaga.

Adik perempuan Kang Haru sering berbagi cerita mengenai kehidupannya tiada henti. Kang Haru merupakan pendengar yang baik, ia sangat sabar menyimak setiap cerita dan sesekali juga memberikan saran, nasehat, serta bijaksana dalam membimbing setiap keputusan yang diambil oleh adiknya.

BACA JUGA  Pemerintah Diusulkan Pakai Skema Subsidi Silang Untuk Mengatasi Kemiskinan

Kedekatan mereka begitu erat, sehingga Kang Haru senang menemani adiknya menonton bioskop di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa. Bahkan saat momen penting dalam hidupnya yaitu menikah, Kang Haru melibatkan sang Adik dengan berdiskusi terkait wanita pilihannya.

Menurut sang Adik, kehadiran serta dukungan yang diberikan oleh Kang Haru sebagai kakak laki-laki memberikan rasa cukup. Kedekatan tersebut memberikan rasa aman yang menguatkan keyakinannya bahwa tidak ada istilah pacaran dalam Islam. Hal tersebut menjadi semacam “penjagaan” dari Allah SWT yang menggantikan minimnya interaksi dengan Bapak mereka yang sibuk bekerja.

Bagi keluarganya, Kang Haru tidak hanya sebagai anak baik yang berbakti, tetapi juga sebagai kakak yang selalu menjaga keluarganya dengan memberikan kasih sayang serta perhatian kepada saudaranya.

 

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Jejak Kang Haru

‘Titip Rindu Buat Ayah’, Haru: Bandung Butuh Pengayom

Lantunan lagu Titip Rindu Buat Ayah, karya musisi legendaris Indonesia, Ebiet G....

Jejak Kang Haru

KDRT Mengkhawatirkan, Haru Siapkan Ini

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih menjadi hal yang kerap terjadi pada...

Jejak Kang Haru

Haru Suandharu Janjikan Program Perlindungan Anak dan Kesehatan Mental untuk Wujudkan Bandung Kota Layak Anak

Kasus kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih menjadi hal yang kerap terjadi...

Jejak Kang Haru

Haru Dhani Ingin Hadirkan Beasiswa Berprestasi untuk Warga Kota Bandung

Pasangan Calon (Paslon) Pilkada Kota Bandung Haru Suandharu – Dhani Wirianata ingin...